The Art of Mual di Masa Kehamilan

Lika Sambhada, 26 tahun

 

Aku selalu menganggap perempuan adalah pejuang dirinya masing-masing. Bagaimana tidak? Banyak perjalanan yang kami lewati dengan berjuang sendirian, walaupun memang ada support lain yang membantu kami bertahan.

Untukku juga, diberi kesempatan untuk mengandung dan melahirkan Astungkara adalah hal yang selalu aku syukuri. Dan enggak bohong, kadang aku sendiri sering memberikan diriku sendiri sebuah pelukan hangat karena sudah berhasil melewati waktu-waktu itu. But is it true that I'm fighting alone in my pregnancy?

Kehamilan adalah hal yang kompleks, kita semua paham dengan hal itu. Namun, mengalaminya sendiri rasanya lebih dari rumit. Untukku, rasanya sangat magical dan lebih dari apa-apa yang pernah aku rasakan selama hidupku. That’s why, aku ingin sedikit berbagi cerita tentang hal yang banyak ditakuti banyak bunda di fase kehamilan: mual.

Bener enggak sih kalau semua bunda akan mengalami mual? Ada yang bilang, mual-mual wajar dialami di trimester pertama, ada juga yang bilang kalau mual sering dialami bunda di trimester ketiga. Macam-macam deh, pokoknya.

Aku sendiri juga takut banget di kali pertama aku sadar bahwa aku hamil--masalahnya, karena aku masih harus bekerja. Masa aku harus mual-mual di kantor saat bekerja sih? Bekerja di industri kreatif mengharuskan aku untuk selalu aktif meskipun saat sedang hamil, dan aku tidak membayangkan jika aku didera morning sickness.

Awalnya, aku merasa baik-baik saja di trimester awal. Aku cukup menjaga pola makan dan istirahatku dengan baik. Hingga pada suatu saat, aku mulai merasakan mual-mual setiap kali aku mencium bau nasi putih dan apapun yang dibumbui menggunakan MSG. Sejak saat itu, aku sadar bahwa aku sudah kena sindrom “mual-mual ibu hamil” itu.

Oh, boy. Baru belakangan akhirnya aku bisa memetakan makanan yang harus kuhindari dan tidak. Memang, saat itu, bau nasi dan MSG itu mengganggu banget. Napsu makanku selalu hilang kalau keberadaan mereka kurang dari 2 meter dari tempat aku duduk.

Tapi, karena bekerja, aku harus selalu memastikan jika bayi di kandunganku ternutrisi dengan sempurna setiap harinya. Aku sadar sekali bahwa anakku butuh kalsium, zat besi serta serat pangan lain untuk tumbuh kembangnya.

Karena itu meskipun tanpa makan nasi, atau kadang-kadang bisa kalau dipaksa, aku mencoba mengonsumsi makanan serta minuman sehat lain. Misalnya, saat aku tidak bisa makan nasi, aku akan coba mengganti asupan karbohidratku dengan kentang, roti tawar dan susu.

Tidak banyak susu yang cocok masuk ke perutku saat itu; sudah coba berbagai macam merek dengan berbagai macam rasa sampai putus asa rasanya, sampai ibuku membawakan Anmum untukku. Dan sejak saat itu entah semual apa pun dan tidak sanggup makan banyak, aku tetap ngemil entah buah, salad atau yang paling penting, minum susu Anmum 2 kali sehari. Selain rasanya enak dan nggak terlalu manis untukku; kandungannya itu loh lengkap banget! Mulai dari GA dan DHA sampai Folat ada semua.

Selain cari camilan, di saat mual pun aku berusaha mengalihkan perhatianku ke hal-hal menyenangkan lainnya. Seperti ngobrol dengan teman, bikin status di Twitter, foto-foto OOTD, sampai baca komik lewat situs online.

Tapi kalau memang sudah di ambang batas, aku harus duduk dan “bermeditasi” menggunakan caraku sendiri, yaitu mengambil napas dalam dan membayangkan jika aku bicara dengan Astu. “Nak, yuk bantu Ami ambil napas dalam-dalam. Soalnya Ami harus makan sesuatu, nih biar kamu enggak laper,” do’a-ku dalam hati sambil mengelus-ngelus perutku.

Daripada memikirkannya, aku memilih untuk belajar sepenuh hati agar dapat mengambil buah pelajarannya. Aku bersyukur tidak pernah mengalami morning sick (yang sering disebut-sebut orang sebagai nightmare) berlebihan, atau mual-mual yang berkepanjangan.

Untuk Bunda lain yang sedang menghadapi hal itu, memang pasti berat. Namun, percayalah; the road might be a little bit bumpy, but have faith, because it's going to be worth it. Tetap tenang, pikirkan segala yang baik, feel the baby in your precious little tummy--karena pada akhirnya, di saat itulah aku sadar, bahwa dalam kehamilan, aku benar-benar tidak berjuang sendirian.

 

*Cerita di atas berdasarkan pengalaman pribadi, jika Mum menemui permasalahan yang sama pastikan untuk konsultasi ke dokter terlebih dahulu.