Gula Baik Vs Gula Buruk: Pengertian dan Cara Membedakannya

Mum pasti sudah sering mendengar dampak buruk dari mengonsumsi gula berlebih, di antaranya merusak gigi serta meningkatkan risiko obesitas dan diabetes melitus. Namun, bukankah buah dan sayur-sayuran juga mengandung gula, dan kita dianjurkan untuk banyak makan buah dan sayuran?

Semua jenis gula mengandung kalori, terlepas dari sumber makanannya, baik itu buah, sayuran, ataupun makanan dan minuman manis. Namun, risiko kesehatan yang timbul pada umumnya disebabkan oleh konsumsi  gula yang ditambahkan pada berbagai makanan dan minuman agar rasanya menjadi manis atau lebih manis.

Apa yang membedakan gula alami dan gula tambahan?

Gula mengandung sukrosa yang merupakan salah satu struktur karbohidrat sederhana. Apabila kita mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, tubuh akan memecahnya terlebih dahulu menjadi bagian-bagian kecil, yaitu gula, baru kemudian bisa diserap dan diproses lebih lanjut sebagai bahan bakar energi tubuh. Permasalahan muncul ketika tubuh mengonsumsi terlalu banyak gula. Ketika energi yang dibutuhkan tubuh sudah mencukupi, tubuh akan menyimpan lebihan gula tersebut. 

Gula yang terkandung secara alami pada makanan, misalnya pada buah, sayur, dan susu, tidak berdiri sendiri. Gula alami selalu disertai dengan vitamin, mineral, dan nutrisi lain yang akan membantu dalam mencegah munculnya dampak negatif dari gula. Sebagai contoh, buah juga mengandung serat yang dapat membantu tubuh menyerap gula lebih lambat.

Berbeda dengan gula alami, gula tambahan (added sugar) menyumbang kalori cukup besar tanpa nutrisi tambahan lainnya dan dapat memberikan efek jangka panjang terhadap metabolisme tubuh. Terlalu banyak mengonsumsi gula tambahan berhubungan dengan kenaikan berat badan dan munculnya berbagai penyakit seperti gigi berlubang, obesitas, diabetes melitus, dan penyakit jantung. Oleh karena itu, gula alami sering kali disebut sebagai gula baik yang diperlukan oleh tubuh, sebaliknya gula tambahan sering disebut sebagai gula buruk yang menyerang kesehatan tubuh.

Pada umumnya, anak-anak menyukai makanan manis seperti permen, roti cokelat, donat dengan lapisan gula, dan minuman boba. Padahal, gula tambahan yang terkandung dalam makanan dan minuman seperti ini bila dikonsumsi secara berlebihan oleh anak-anak akan memiliki efek yang sama dengan orang tua. Perlu Mum sadari bahwa konsumsi gula berlebih pada anak bukan hanya masalah peningkatan risiko obesitas. Namun, juga akan memengaruhi kemampuan kognitif, kekebalan tubuh, dan tingkat energi yang berperan penting dalam tumbuh kembang anak, serta kesejahteraan dan kesehatan anak dalam jangka panjang.

World Health Organization (WHO) merekomendasikan asupan gula pada anak < 10% total kalori atau sekitar 3-5 sendok makan per hari. The American Heart Association (AHA) memberikan rekomendasi pada anak usia 2–18 tahun untuk mengonsumsi gula kurang dari 6 sendok teh setiap harinya. Namun, beberapa penelitian menyebutkan bahwa konsumsi gula pada anak-anak saat ini berkisar antara 10-15 sendok teh setiap harinya.

Sering kali, orang tua memberikan anak makanan berlabel makanan sehat, tanpa pengawet maupun rendah lemak, namun tidak menyadari bahwa label pada makanan-makanan tersebut mengandung kadar gula yang cukup tinggi. Oleh karena itu, demi menjaga kesehatan anak, penting bagi Mum untuk membaca dan memahami nilai atau kandungan nutrisi yang terdapat dalam makanan-makanan kemasan.